Rabu, 19 Oktober 2011

John Sung sang Obor Asia


John Sung lahir di Hinghwa, Fukien tahun 1901. Dalam 42 tahun perjalanan hidupnya, dia merupakan salah satu penginjil yang paling memberikan dampak bagi kekristenan di China maupun sekitarnya. Membaca biografinya merupakan salah satu penyegaran bagi kehidupan rohani kita yang seakan-akan ‘suam-suam kuku’ dan menjadi suatu peringatan untuk kita hidup dalam rencana Tuhan.
Mengenal kekristenan dari kecil memberikan dampak bagi John Sung untuk selalu berdoa dan percaya akan jawaban Tuhan akan doanya. Pada umur 19 tahun, dia pergi ke Amerika untuk menempuh studinya. Dalam 6 tahun, dia menyelesaikan studi S1, S2 dan S3-nya serta memperoleh gelar doctor di bidang Kimia.
Namun ia justru berada di dalam krisis rohani. Pengaruh Kristen liberal menyerangnya membuat dia meragukan imannya. Kasih Tuhan kepada dia sekali lagi membawa dia kembali. Dia kembali bertobat dan mulai menentang pengaruh liberal yang ada di kampusnya.
Dia dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa selama 193 hari. Namun di sinilah titik tolak kehidupan dia. Selama 193 hari, dia membaca Alkitab sebanyak 40 kali, masing-masing menggunakan metode yang berbeda!! Hal-hal yang ia temui, ia catat dalam bukunya. Inilah “Sekolah Alkitab” yang sebenarnya bagi pemuda ini.
Selepas dari rumah sakit jiwa (1927), ia kembali ke Cina. Di sinilah suatu kejadian yang terkenal itu terjadi. Ia yang tidak merasakan ketenangan dari jiwanya, berjalan di atas kapal dan membuang hampir semua penghargaan yang diterimanya sebagai wujud kematian dirinya terhadap dunia.
Forbid it, Lor, that I should boast
Save in the Cross of Christ my Lord:
All the vain things that charm me most
I sacrifice them to His Blood
Mulai lah dia bekerja bagi perkejaan Tuhan. Namun baru tahun 1931, penginjilannya mulai efektif. Dia mulai bisa menemukan cara bagaimana dia bisa dipakai dia bisa dipakai Tuhan begitu hebatnya. Dan inilah yang terus ia tekankan kepada penginjil-penginjil lainnya sepanjang kotbahnya.
Doa. Pekerjaan Tuhan haruslah selalu diiringi dengan doa. Bukan hanya sebagai embel-embel rohani, namun di dalam doalah kekuatan untuk melakukan pekerjaan Tuhan berasal. “I talked least and I preached more. But I pray most!”. Satu hal yang patut diteladani oleh semua gembala adalah bagaimana dia menyimpan nama-nama orang yang menerima Kristus karena pelayanannya, dan dia mendoakannya setiap hari!
Kesucian diri. Bertobat, pengakuan akan pelanggaran dosa, dan menjaga diri dari hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Inilah bagaimana orang mempersiapkan dirinya untuk dipakai Tuhan. Bagaimana kita orang-orang bisa bersikap munafik untuk mempersembahkan diri kita kepada Tuhan sementara diri kita kotor!
Pimpinan Roh Kudus. John Sung merupakan orang yang peka terhadap pimpinan ke Roh Kudus. Pimpinan inilah yang membantu John Sunga dalam segala perjalanan penginjilannya. Begitu juga dalam kotbahnya, John Sung mampu menghadirkan kuasa Roh Kudus untuk bekerja dalam diri setiap mereka yang belum percaya. Roh Kudus menyatakan kepada mereka pelanggaran mereka, dan membawa mereka dalam pertobatan.
Perjalanan penginjilannya hampir selalu dikatakan berhasil. Ribuan orang bertobat dari dosanya, bahkan orang Kristen nominal pun mengalami kebangungan rohani yang luar biasa. Ketika ia pergi ke daerah-daerah, hampir tidak pernah ia datang membawa nama gerejannya sendiri. Namun justru dia mengadakan kebaktian penginjilan di gereja-gereja setempat. Tidak hanya mempertobatkan mereka yang belum percaya, namun dia juga memberkati para pemimpin gereja, sehingga domba-domba baru itupun dapat terurus dengan baik. Sungguh suatu system penginjilan yang baik.
Tahun 1934, ayahnya meninggal dunia. Di dalam mimpinya, John Sung bertemu dengan ayahnya yang berkata, “Sung, aku telah pergi ke Surga. Tapi kau masih punya 7 tahun lagi untuk bekerja. Jadi bekerjalah yang giat untuk Tuhan”. Pemberitahuan ini membuat dia semakin giat melayani Tuhan. Hari demi hari dia lalui tanpa istirahat untuk berkotbah. Sungguh hanya kekuatan Roh Kudus yang memampukan dia seperti itu. Bahkan para penerjemahnya pun tidak sanggup mengikuti semua kegiatan dia.
Pertobatan-pertobatan terjadi, kesaksian-kesaksian terus mengalir. Tanah Cina kembali menjadi suatu ladang yang siap dituainya. Lahan-lahan yang dipersiapkan misionari-misionari sebelumnya memperlihatkan hasil.
Dia pernah berkata, “Masih banyak orang yang lebih baik dari aku! Untuk pembelajaran Alkitab, aku tidak sebanding dengan Watchman Nee! Sebagai pengkotbah, aku tidak sebanding dengan Wang Ming-tao! Sebagai penulis, aku tidak dapat dibandingkan dengan Marcus Cheng! Sebagai musisi, aku jauh di bawah Timothy Chao. Aku tidak memiliki kesabatan seperti Alfred Chow! Sebagai figure public, aku tidak memiliki sopan santun seperti Andrew Gih. Hanya ada satu hal di mana aku melebihi mereka: yaitu dalam melayani Tuhan dalam setiap kekuatanku
Inilah John Sung, seorang Yohanes Pembaptis bagi China untuk memanggil para pendosa, mengingatkan mereka bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Dialah suara dari padang gurun yang memanggil orang ke dalam pertobatan.
“God, I pray Thee, light these idle sticks of my life and may I burn up for Thee. Consume my life, my God, for it is Thine. I seek not a long life but a full one, like You, Lord Jesus”
(Jim Elliot)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar