Selasa, 13 Maret 2012

Hati Yang Gembira adalah Obat yang Manjur

Seorang ibu dengan tidak sabar menunggu kepulangan anaknya, Badu. Anak itu seharusnya sudah pulang sekolah setengah jam yang lalu. Akhirnya, Badu pulang.
"Kenapa kau terlambat?" tanya Ibunya. "Apakah memang ada pelajaran tambahan?"
"Tidak, bukan karena itu. Aku berhenti di jalan," sahutnya.
"Kenapa?"
"Karena ada seorang nenek kehilangan uang dua puluh ribu."
"Oh, jadi kau terlambat karena membantu nenek itu menemukan uangnya? Aduh, baik sekali anak Ibu yang satu ini!"
"Bukan, bukan begitu, Bu," bantah Badu.
"Aku tidak bisa bergerak selama setengah jam karena aku menginjak uang nenek itu. Aku menunggu nenek itu kelelahan mencari uangnya dan pergi.


Seorang profesor sedang melakukan penelitian. Dia ditemani oleh seorang mahasiswa abadi (maksudnya mahasiswa yang seharusnya sudah lulus tapi masih belum lulus).
Profesor: "Penelitian menunjukkan bahwa senam akan membuat kuman-kuman mati."
Mahasiswa: "Tapi, bagaimana kita mengajari kuman untuk melakukan senam?"

Dalam dunia khayalan, ada seorang dukun yang bisa berbicara dengan Jin.
Dukun: "Hai Jin, siapa sih yang paling kamu takuti selain Tuhan sama orang saleh?"
Jin: "Anu Pak Dukun, saya ngeri banget sama tukang JAHIT."
Dukun: "Jiahh ... Kok, kamu takut sama tukang jahit?"
Sambil gemetar Jin berkata: "Saya takut kalau dipermak sama tukang jahit, Bos! Soalnya saya pernah lewat di depan rumahnya tukang jahit, ada tulisan: 'TERIMA PERMAK SEGALA JENIS JIN'."

Seorang preman mendatangi empat pemuda yang baru pulang dari gereja. Ia bermaksud untuk meminta uang kepada mereka.
"Siapa di antara kalian yang berani, hah?" gertaknya.
Pemuda pertama berkata, "Saya."
Pemuda kedua, ketiga, dan keempat berdiri lalu serentak berkata, "Saya juga."
Si preman jadi gentar. Ia kemudian berkata dengan suara keras, "Bagus, bagus. Kalau begitu kita adalah lima orang pemuda pemberani!"



Sarjo melamar pekerjaan sebagai penjaga lintasan kereta api. Dia diantar menghadap Pak Banu, kepala bagian, untuk tes wawancara.
"Seandainya ada dua kereta api berpapasan pada jalur yang sama, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Pak Banu, ingin mengetahui seberapa cekatan Sarjo.
"Saya akan pindahkan salah satu kereta ke jalur yang lain," jawab Sarjo dengan yakin.
"Kalau handle untuk mengalihkan rel-nya rusak, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Pak Banu lagi.
"Saya akan turun ke rel dan membelokkan relnya secara manual."
"Kalau macet atau alatnya rusak bagaimana?"
"Saya akan balik ke pos dan menelepon stasiun terdekat."
"Kalau teleponnya lagi dipakai?"
"Saya akan lari ke telepon umum terdekat?"
"Kalau rusak?"
"Saya akan pulang menjemput kakek saya."
"Lho?" tanya Pak Banu heran dengan jawaban Sarjo.
"Karena seumur hidupnya yang sudah 73 tahun, kakek saya belum pernah melihat kereta api tabrakan..."

Sepasang suami istri terburu-buru saat hendak mengikuti kebaktian Minggu. Di tengah jalan, sang istri berkata kepada suaminya,
"Ya ampun, Pak. Saya lupa mematikan setrika tadi. Bagaimana kalau nanti rumah kita kebakaran?"
"Tenang, Bu. Rumah kita tidak akan kebakaran," sahut suaminya.
"Kenapa kamu begitu yakin, Pak?" tanya sang istri.
"Soalnya tadi saya juga lupa mematikan keran kamar mandi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar