Rabu, 09 Mei 2012

Hati yang gembira adalah Obat


Orang Baru
Seorang pria baru saja percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Tapi, semangatnya untuk bersaksi ngga kalah besar sama yang udah puluhan tahun percaya Yesus.
Selesai dibaptis, ia pergi ke desa pamannya di pedalaman untuk bersaksi pada orang yang ditemuinya di jalan. Begitu turun dari bis, ia ketemu orang yang ngga ia kenal. Spontan, ia bertanya, “Mas, kenal Yesus, ngga?”
Spontan orang itu geleng-geleng kepala, jawabnya, “Belum, sori aku orang baru di sini. Coba tanya Ibu yang jualan di warung itu!”

Jika imanmu kuat

Beberapa tahun yang lalu saya mendengar sebuah cerita yang saya harap akan menenangkan mereka yang merasa sering diejek dengan kalimat, “Jika saja imanmu kuat engkau tidak akan ….”
Waktu itu saya sedang mendengarkan seorang wanita menelepon seorang pendeta dalam sebuah siaran radio. Pendeta itu adalah seorang pria yang bijaksana. Suaranya yang lembut seakan bisa menghilangkan segala rasa takut. Wanita itu — yang jelas terdengar sedang menangis — berkata, “Pendeta, saya dilahirkan buta, dan saya sudah buta sepanjang hidup saya. Saya tidak keberatan menjadi buta tetapi ada beberapa teman saya yang mengatakan bahwa jika saja iman saya kuat maka saya akan bisa disembuhkan.”
Pendeta itu bertanya kepadanya, “Apakah Anda selalu membawa tongkat penuntun Anda kemana pun Anda pergi?”
“Ya,” jawab wanita itu.
Lalu pendeta itu mulai menasehati, “Jika mereka mengejekmu lagi dengan kata-kata seperti itu, pukullah mereka menggunakan tongkatmu itu dan katakan, ‘Jika saja imanmu kuat, kamu pasti tidak akan merasa sakit!”

Dilarang Membalas

Pada suatu hari keluarga seorang Pendeta sedang berkendara untuk menghadiri suatu ibadah Natal. Maka dengan penuh sukacita Pak Pendeta bersama keluarganya menuju tempat yang tertera dalam undangan.
Sesampainya di tempat yang dituju ternyata halaman parkir telah dipenuhi oleh para undangan lain. Nampaknya ibadah ini cukup menarik minat banyak orang. Setelah berputar-putar, beruntung ternyata terdapat satu tempat parkir diantara mobil-mobil yang penuh sesak dan di sana sudah menunggu si tukang parkir.
Melihat mobil Pak Pendeta, dengan gesit tukang parkir memberikan tanda dan Pak Pendeta menghampirinya.
Setelah mengarahkan kendaraan ke tempat yang tersedia si tukang parkir dengan aba-abanya, “terus … terus… kiri … kiri ….”
Dengan dengan gesit Pak Pendeta mengikutinya. Tukang parkir terus mengarahkan, “balas … balas … balas….”
Dan tiba-tiba terdengar bunyi “DUK”. Ternyata bemper mobil Pak Pendeta menyeruduk mobil lain. Dengan agak marah si tukang parkir menegor, “Bagaimana Bapak ini … kan sudah saya arahkan balas … balas … malah terus saja.”
Dengan tenang Pak Pendeta balas menjawab, “Dik … saya ini Pendeta, harus mengasihi setiap orang dan dilarang membalas.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar